SUARAUTARA.COM,Minahasa — Masyarakat Jawa Tondano kembali menggelar puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 H, yang dikenal dengan meludan Mburi dalam tradisi Jawa, pada Minggu, (23/9/2024).
Peringatan Meludan Mburi diselenggarakan sepekan setelah prosesi meludan wengi, dan merupakan bagian dari perayaan yang lebih besar dengan melibatkan banyak anggota masyarakat.
Pada meludan mburi, setiap keluarga membawa anca, yaitu anyaman bambu yang diisi dengan nasi, sayur, serundeng, dan engkong (ayam panggang) untuk disantap bersama setelah doa bersama di Masjid.
Selain disantap bersama, masyarakat yang hadir juga membawa makanan tersebut sebagai “berkat” untuk keluarga di rumah.
Uniknya, makanan di dalam anca ini disajikan dalam wadah dari daun pisang, menambah keaslian dan nuansa tradisional dari prosesi tersebut.
Tradisi ini tidak hanya sebagai ajang memperingati Maulid Nabi, tetapi juga sebagai momen untuk berkumpul dan mempererat tali silaturahmi antar warga Jawa Tondano.
Prosesi meludan wengi dan meludan mburi dipimpin oleh seorang imam masjid, dan terpusat di Masjid Agung Al Falah Kyai Modjo, Tondano.
Perayaan ini menjadi salah satu bentuk kekayaan kearifan lokal yang memperkaya budaya nasional Indonesia, serta menjaga silaturahmi dalam bingkai kebersamaan.
Hal tersebut diungkapkan salah satu warga Jaton, Alfian Kiyai Demak, yang menegaskan pentingnya menjaga tradisi ini agar tetap hidup dan menjadi sarana memperkuat kebersamaan di tengah masyarakat.
“Perayaan meludan mburi ini bukan hanya soal kebersamaan, tetapi juga sebagai upaya melestarikan kearifan lokal yang telah diwariskan dari generasi ke generasi,”ujar Alfian
Masyarakat Jaton telah mengagendakan tradisi meludan ini sebagai acara budaya tahunan yang harus dilestarikan, mengingat pentingnya sebagai salah satu kekuatan kearifan lokal yang terus dipertahankan di tanah Minahasa.(ara).