DaerahKab.BuolPolitikSultengTopik Utama

Bupati Amirudin Rauf Buka Musda III MUI Buol

BUOL, suarautara.com – Bupati Buol, H. Amirudin Rauf, menghadiri sekaligus membuka Musyawarah Daerah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Buol 17 Syawal 1442 H, Bertempat di Gedung Laintai I Masjid Agung Buol, Sabut (29/05/2021).
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kapolres Buol, Asisten Pemerintahan dan Kesra, Unsur TNI, dan Para Pengurus-pengurus MUI baik tingkat Kabupaten, Kecamatan, bahkan Desa.
Dalam sambutnanya Bupati Buol, Amirudin Rauf mengatakan lahir dan hadirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah Satu Keniscayaan, Kebutuhan Umat dan tetap mempertahankan keutuhan Bangsa.
“MUI hadir di tengah kehidupan berbangsa. Dia lahir untuk sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan tekhnologi dan peradaban. Oleh sebab itu, penting bagi MIU untuk menangkap kemajuan zaman tersebut” ujar Bupati.
Menurutnya sebagai sebuah organisasi hal utama di tengah arus kemajuan zaman ini , MUI harus mampu menarik manfaat atasnya. Sebagai sebuah organisasi yg tupoksi utamanya adalah melakukan pembinaan umat beragama.
“Untuk mengirim uang harus ke Bank, saat ini hanya butuh waktu 5 menit. Dulu kita hanya bicara dengan kerabat jauh, saat ini kita sudah bisa bertatap muka lewat layar HP. Bahkan Mendengar Tauziah dimasa lalu harus datang ke Masjid atau tempat pengajian, saat sekarang walawpun sambil beraktifitas kita bisa mendegar ceramah ulama di seantero dunia. Mencari ayat-ayat Alquran, mencari hadist, cukup dengan mengklik tombol di layar HP”,katanya.
Kemajuan teknologi atau yang dikenal dengan era distruption juga turut melatari perkembangan aliran kegamaan, ideologi, tanpa melalui pengkaderan atau buku-buku. Serangan siber masuk sampai ke tempat tidur melalui alat tekhnologi. Olehnya yang wajib di lakukan adalah Menyesuaikan perkembangan tekhnologi sejalan dengan tugas dan tujuan kita bersama.
Bupati Buol juga menyoroti kemunculan radikalisme bahkan terorisme berdasarkan fundamentalisme berbasis agama. Namun, hal yang keliru jika stigmatisasi ini hanya di alamatkan pada Islam.
“Radikalisme dan Fundamentalisme berbasis agama tidak saja menimpa agama Islam, di belahan dunia lain, dengan keyakinan bukan islam sekalipun, agama-agama non muslim juga memiliki aliran fundamentalisme berbasis agama. Jadi tidak melulu Islam, Fundamentalisme menimpa juga ajaran dan keyakinan non islam” ujarnya lagi.
“Saya berkesimpulan radikalisme atau kekerasan berbasis agama diakibatkan pemahaman tidak utuh. Islam adalah tentang kasih sayang, agama rahmatan lilalamin, saling menyayangi tak hanya sesama manusia namun juga berlaku untuk mahluk jidup lainya” lanjut Bupati tegas.
Oleh karena itu menurutnya baik fundamentalisme dan terorisme adalah ketidak pahaman secara utuh, memahami sepotong surat di maknai secara sempit lalu di jadikan dogma.[***]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button