DaerahKab.BuolPemerintahanPendidikanSultengTopik Utama

Menggagas Bahasa Buol Menjadi Kurikulum Muatan Lokal

BUOL, SUARAUTARA.COM – Dewan Pendidikan Buol bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Buol, menggelar kegiatan Sosialisasi Permendikbud No.75 Tahun 2016 & Dialog Pendidikan”, Senin (21/06).

Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Gedung Angkasa Kelurahan Leok I Kec. Biau Kab Buol diikuti oleh tokoh adat dan pemerhati budaya Buol, praktisi pengajar dari kalangan guru dan akademisi, perwakilan Organisasi Kepemudaan (OKP), Organisasi Mahasiswa, serta Komunitas Literasi yang ada di Kabupaten Buol.

Hadir sebagai pemantik dalam dialog pendidikan itu, Kepala Dikbud Buol, Drs.Moh Kasim Rauf, Kadis Pemuda dan Olahraga Dr.Tonang Malongi,M.Pd, Tokoh Adat dan Budayawan Buol Nazarudin Mangge, serta Ketua Dewan Pendidikan Buol H.Lut Paker SPDi.

Pantauan suarautara.com, dialog pendidikan yang dipandu langsung Ismajaya S.Sos selaku sekretaris Panitia semakin menjadi atensi seluruh audiens yang hadir pada giat tersebut, ketika Ismajaya selaku moderator memulai sesi diskusi yang mengambil tema “Mengagas Bahasa Buol Menjadi Kurikulum Muatan Lokal”.

Menurut Kadis Dikbud, Drs. Moh Kasim Rauf, secara struktur kurikulum tentunya membutuhkan waktu yang panjang dalam mengkaji bahasa dan budaya Buol. Akan tetapi, secara bertahap tujuan tersebut dapat dirancang dengan melibatkan tim dari pemerhati sejarah dan budaya serta akademisi.

“Berbicara bahasa pasti include dengan budaya, karena bahasa merupakan media untuk mencapai budayanya, dan untuk masuk dalam struktur kurikulum membutuhkan  kajian secara ilmiah oleh akademisi, “jelas Kadis Pendidikan.

Sementara itu mewakili Lembaga Adat dan Budaya Buol Nazarudin Mangge, sedikit bercerita dan merunut dengan detail asal muasal Bahasa Buol yang menurut sejarah diperkirakan sudah ada sejak Abad Ke-13 M.

“Menurut sejarah, Bahasa Buol ini sudah ada sejak Abad Ke-13, dan dipopulerkan oleh Ombu Kilan, yang bermukim di salahsatu wilayah yang terletak di kaki Gunung Pogogul, “tutur Nazarudin Mangge.

Menutup sesi terakhir, Dr Tonang Malongi mengajak seluruh peserta yang hadir untuk bersama-sama menyepakati kearifan lokal dan kultur budaya daerah Buol, sebagai identitas kebanggaan yang diwariskan oleh para leluluhur dan pendahulu daerah ini sebelumnya.

Agu Diila Kito, Iyo Titaipo (Kalau bukan kita,siapa lagi), Agu Diila Tia-Tia, Iyo Komonuan (Kalau bukan sekarang, kapan lagi), “ujar Tonang mengakhiri closing statementnya.

 

(Irfan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button