Suarautara.com, Banggai – Kabupaten Banggai kembali menjadi sorotan nasional setelah ditetapkan sebagai salah satu lokus penting dalam peta sastra Indonesia. Melalui Festival Sastra Banggai (FSB) ke-9 tahun 2025 yang mengusung tema “Simpul Kesembilan Merajut Kata”.
Kegiatan ini resmi dibuka pada Rabu (15/10/2025) di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Teluk Lalong, Banggai.
Festival ini diselenggarakan oleh Yayasan Babasal Mombasa dan dihadiri langsung oleh Wakil Bupati Banggai Drs. Furqanuddin Masulili, MM, yang didampingi Kapolres Banggai serta sejumlah Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lingkup Kabupaten Banggai.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Turut hadir pula Tim Kementerian Kebudayaan RI, di antaranya Staf Khusus Bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Nisa Ringganis, serta Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsurizal, yang secara resmi membuka FSB ke-9.
Dalam sambutannya, Direktur FSB Ama Gaspar menyampaikan bahwa Festival Sastra Banggai kali ini juga beriringan dengan Akademi Sastra Banggai ke-3.
Dua kegiatan ini masing-masing didukung oleh Dana Indonesiana, LPDP, Manajemen Talenta Nasional, dan Penguatan Festival Sastra Nasional dari Kementerian Kebudayaan,” ujarnya.
Ama Gaspar juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Bupati Banggai Ir. H. Amirudin, SP., MM dalam penyelenggaraan FSB tahun ini.
Dukungan dari pemerintah daerah sangat berarti agar FSB terus mendapat tempat dan dukungan di tanahnya sendiri,” tambahnya.
Wakil Bupati Banggai, Drs. Furqanuddin Masulili, MM, dalam sambutannya menegaskan bahwa FSB bukan sekadar ajang perayaan karya sastra, melainkan juga ruang ekspresi, refleksi, dan pelestarian identitas budaya.
Festival Sastra Banggai telah menjadi ruang bagi diskusi intelektual, tempat bertemunya gagasan-gagasan baru, serta wadah untuk terus berkarya,” ujarnya.
Ia juga berterima kasih kepada Kementerian Kebudayaan RI atas dukungan dan perhatian terhadap upaya penguatan literasi budaya di Kabupaten Banggai.
Dukungan ini menjadi dorongan berharga bagi kami untuk menumbuhkan ekosistem kreatif berbasis budaya lokal yang berpijak pada kearifan masyarakat Banggai,” tambah Furqanuddin.
Sementara itu, Direktur Pengembangan Budaya Digital, Andi Syamsurizal, menjelaskan bahwa pada tahun 2025, Kementerian Kebudayaan RI menghadirkan program penguatan ekosistem sastra yang bertujuan menggerakkan elemen-elemen kunci dalam pembangunan dunia sastra Indonesia.
“Program ini diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, dengan fokus mendorong keberlanjutan festival-festival sastra di berbagai daerah agar saling terkoneksi,” jelasnya.
Ia menambahkan, FSB dengan segala keterbatasannya mampu menciptakan ruang dialog yang memperkaya dunia sastra dan kebudayaan Indonesia, sehingga menjadikan Banggai sebagai lokus penting dalam peta sastra nasional.
Pada malam pembukaan, festival ini juga dihadiri oleh sejumlah penulis nasional ternama, seperti Aan Mansyur, Dee Lestari, Eka Kurniawan, Eko Triono, dan Henry Manampiring, yang akan mengisi berbagai kelas program selama kegiatan berlangsung pada 14–18 Oktober 2025.
Setelah prosesi pemukulan gong sebagai tanda resmi dibukanya FSB ke-9, para tamu dan pengunjung dihibur oleh penampilan penyanyi solo Pusakata yang membawakan lagu-lagu bertema reflektif dan budaya.
Menariknya, di Pulau Sulawesi hanya terdapat dua festival sastra besar, yaitu Makassar International Writers Festival (MIWF) di Fort Rotterdam Makassar, dan Festival Sastra Banggai (FSB) yang rutin dilaksanakan di RTH Teluk Lalong, Banggai.
Festival Sastra Banggai merupakan agenda tahunan yang bertujuan memperkuat literasi, memperluas ruang ekspresi bagi penulis dan sastrawan, serta memperkaya khazanah budaya Indonesia dari wilayah timur.
Dengan konsistensinya selama sembilan tahun berturut-turut, FSB menjadi bukti nyata bahwa Banggai adalah tanah yang subur bagi tumbuhnya karya dan kata.( AM’oks69 )















