Nasional

Krisis Listrik di Tiongkok, RI Jadi Pemasok Batu Bara Terbesar

Suarautara.com, Jakarta – Indonesia sekarang menjadi pemasok batu bara terbesar bagi Tiongk Pengirimannya mencapai rekor bulan lalu setelah Beijing melonggarkan pembatasan impor untuk mengatasi krisis listriknya.

Kargo kokas, batu bara termal, dan batu bara cokelat dari Asia Tenggara melampaui 21 juta ton pada September atau lebih dari 17 juta ton pada Agustus. Menurut data Bea Cukai, impor tersebut sekarang mencapai sekitar dua pertiga dari total impor Tiongkok.

Pembeli Tiongkok terpaksa memanfaatkan pemasok bahan bakar lain untuk menggantikan pasokan Australia yang dilarang hampir setahun lalu setelah hubungan politik dengan Canberra memburuk.

Ditambah lagi harapan bahwa Mongolia dapat memasok lebih banyak batu bara, terutama kualitas yang lebih tinggi yang diproduksi oleh Australia dan digunakan oleh pabrik baja, pupus karena pembatasan pandemi di tetangga Tiongkok itu menghasilkan kargo turun di bawah satu juta ton.

Melansir Mediaindonesia.com, Jumat, 22 Oktober 2021, harga batu bara acuan Indonesia telah mencapai rekor tertinggi, didukung oleh lonjakan permintaan sejak Juni, ketika Beijing berjanji untuk meningkatkan impor. Ini merupakan upaya Negeri Tirai Bambu yang pada akhirnya gagal untuk mencegah krisis listrik yang tengah menggelapkan negara itu.

Akhir tahun lalu, Tiongkok mencapai kesepakatan tiga tahun dengan perusahaan tambang Indonesia untuk USD1,5 miliar sebagai bahan bakar karena Beijing mencari opsi jangka panjang untuk menggantikan pasokan Australia. Indonesia menyediakan banyak batu bara cokelat bermutu rendah yang memiliki keunggulan harga tetapi kurang efisien dan lebih buruk bagi iklim.

Indonesia harus terus mengirim lebih banyak ke Tiongkok karena permintaan melemah dari pasar utama lain, India, menurut analis Bloomberg Intelligence Michelle Leung. Namun, pasokan masih bisa rentan terhadap hambatan. Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia telah meminta produsen untuk memprioritaskan pasokan dalam negeri, sementara aktivitas pertambangan terhambat oleh banjir dan pandemi.

Harga satu jenis bahan bakar berkualitas rendah di Indonesia mencapai USD160 hingga USD170 per ton minggu ini, menurut para pedagang. Itu naik dari USD110 menjadi USD120 awal bulan ini. Pasokan dari negara Asia Tenggara tetap ketat karena gangguan terkait cuaca dan penjual memenuhi komitmen sebelumnya kepada para pembeli. [medcom]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button