Dinilai Meningkatkan Perekonomian, Mayoritas Petani Plasma, Minta PT PLJ Dipertahankan
SUARAUTARA.COM, BUOL – Kurang lebih beberapa dekade, Petani Plasma Mandiri di Kabupaten Buol hidup dalam kesengsaraan, dimana para petani plasma mandiri, dikebiri dengan harga yang dimainkan oleh para oknum tengkulak.
Bahkan PT.HIP yang diharapkan sebagai perusahaan yang sudah puluhan tahun di Buol pun, membeli kurang dari penetapan pemerintah, lebih rendah dari yang diharapkan. Sehingga para petani plasma mandiri sering menjual hasil kebun sawitnya ke luar daerah Kabupaten Buol.
Beberapa fakta lapangan yang tidak bisa dipungkiri, mengharuskan untuk dibangunya pabrik baru yang bisa menguntungkan para petani sawit, dan jawabanya sekarang adalah PT.Palma Lestari Jaya.
Sejak beroperasinya pabrik PLJ, maka harga sawit di Kabupaten Buol naik drastis, dari harga Rp. 1.300 (Seribu tiga ratus), oleh PLJ naik menjadi Rp. 1.500 (seribu lima ratus rupiah). Sehinga terjadi persaingan harga kedua perusahaan di Buol.
PT.HIP tidak kalah dengan harga yang diberikan oleh PLJ terhadap petani, sehingga PT.HIP pun menaikkan harga TBS nya Rp.1.500 (seribu lima ratus rupiah), namun lagi-lagi antara kedua pebisnis besar sawit ini, saling mengambil simpati petani sawit mandiri, agar produksi CPO mereka bisa naik dan bertamba setiap hari.
Sehingga saat ini harga TBS di PLJ Rp. 2.100 (dua ribu seratus rupiah), lebih tinggi dari PT. HIP yang hanya membeli TBS Rp. 2.000 (dua ribu rupiah).
Salah seorang sopir dam truk pengangkut kepala sawit, Kandar warga desa Yugut, kecamatan Bukal mengatakan kehadiran PT. Palma Lestari Jaya benar-benar mengubah hidupnya, karena setelah adanya pabrik ini orderan pengangkutan naik tidak seperti sebelumnya.
“ hari-hari biasa saya hanya bisa mengangkut pasir, batu dan kerikil untuk keperluan pembangunan, itupun tida sering, setelah adanya PT Palma ini saya bersyukur, karena pendapatan saya meningkat untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” tutur Kandar kepada media ini.
Fatur (37) warga desa Winangun sopir dum truk sekaligus pemilik kepala sawit mengatakan, selama ini dirinya sangat terbantu dengan kehadiran PT HIP dan PJL karena bisa menjual hasil panennya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan Petani Plasma.
“ pada awalnya saya menjual hasil panen ke PT HIP, namun setelah PT Palma ada, maka saya menjual hasil panen ke Palma hingga saat ini,” aku Fatur.
Ia pun mengaku kehadiran dua pabrik ini sangat diuntungkan bagi petani untuk menjual hasil panennya tidak lagi jauh-jauh dengan ongkos ekspedisi yang lebih mahal dan tinggi.
“ saya kira petani diuntungkan dengan kehadiran dua pabrik ini,” katanya.
Disinggung adanya kabar ditutupnya PT Palma, Fatur langsung menanggapinya dengan bijak mengatakan, “muda-mudahan janganlah, karena kehadiran perusahaan ini menunjang masyarakat dan petani, jika pabrik ini ditutup, terus harapan petani gimana lagi, bagimana dengan sawit untuk selanjutnya, jadi kami sangat berharap kepada pemerintah daerah untuk mempertimbangkannya,” tutupnya.
Begitu juga dengan Nyoman Wiyasa (58) warga desa Mooyong saat ditemui awak media yang saat itu sedang mengantarkan hasil panen sawitnya ke PT Palma mengatakan kehadiran pabrik ini manfaatnya sangat dirasakan olehnya Bersama petani plasma lainnya. Ia pun mengungkapkan dimana sebelumnya pihaknya bekerjasama dengan PT HIP, namun perjalanan itu ada beberapa hal yang tidak cocok untuk petani dan dirinya dilkarenakan beberapa hal, ” intinya kami tidak bisa melanjutkan Kerjasama itu, pada tahun 2023 pak Bupati menyetujui akan dibagun Palma, dan di tahun 2024 ini kami sangat senang bekerjasama dengan palma karena terjalin perjanjian yang baik. Dan kami berharap PT Palma ini dapat dipertahankan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan petani sawit yang sangat dirasakan manfaatnya, sehingga kami berharap PT Palma dapat dipertahankan, bukan di tutup,” harap Nyoman Wiyasa.
Hal senada disampaikan oleh Pak Mustari, bahwa PT. Palma Lestari Jaya, timbangan TBS nya murni tidak ada potongan apa-apa, selain potongan wajib alias sampah.
“Saya berharap kepada petani sawit mandiri untuk berlomba-lomba dalam pengembangkan kebun sawit, karena saat ini PLJ Insya Allah akan tetap menjaga kestabilan harga TBS di Kabupaten Buol, bahkan tidak menutup kemungkinan, harga TBS di PLJ lebih tinggi dari penetapan pemerintah, semua itu tergantung petani sawit mandiri,” imbuhnya.
“Selain itu berkat PLJ petani sawit mandiri tidak lagi mengeluh dengan harga TBS, yang kadang di bawah seribu, kadang naik sedikit dari harga seribu, bahkan lebih miris lagi, sawit yang nota benenya hasil bumi di Buol, dan ada pabrik besar yang sudah puluhan tahun di buol, tidak bisa menjaga kestabilan harga petani sawit mandiri,” pungkas Mustari.** {Martinus palebangan]