Bupati Buol: Peternakan Berbasis Komunitas itu Butuh Proses
SUARAUTARA.COM, Buol – Bupati Buol dr. H. Amirudin Rauf, Sp.Og, M.Si melakukan kunjungan kerja ke Mini Ranch dalam rangka evaluasi sekaligus melihat progres beberapa inovasi yang sedang di kembangkan disana.
Turut hadir Direktur Perusda, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kadis Kominfo, Kabid Peternakan, Pimpinan UPTD. Mini Ranch, Camat Tiloan, serta Kepsek SMK 1 Tiloan, Rabu (07/10/2021).
Bupati meninjau langsung kondisi Sapi berserta beberapa inovasi terkait “Inseminasi Buatan (IB)”, yakni kawin silang antara dua pasang sapi dengan jenis berbeda.
“Sebagai sekolah lapangan dan tempat inovasi, hal seperti ini yang saya harapkan. Bagaimana di sini, masyarakat bisa belajar caranya melakukan kawin silang sapi betina dari jenis lain, dan sapi jantan jenis lain, menghasilkan anak sapi sesuai yang kita ingin” ujar Bupati.
Dalam kesempatan tersebut, Bupati melihat Hasil IB Anak Sapi Limousin umur 1 Tahun, yang di hasilkan dari Kawin silang antara Sapi Ongol dan Limousin.
Adapun arahan penting Bupati Buol diantaranya :
Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio
Salah satu kemajuan Ilmu pengetahuan di bidang peternakan adalah lahirnya berbagai inovasi untuk menghasilkan bibit sapi unggul adalah penemuan metode “Inseminasi Buatan dan Transfer Embrio (Bayi Tabung)”.
Sebagai sekolah lapangan, di Mini Ranch akan di kembangkan praktek IB dan transfer Embrio ini.
“Kita akan lakukan dua rekayasa biologis itu, IB (Kawin Silang) dan Transfer Embrio (Bayi Tabung). Untuk itu kita perlu mengadakan alat USG, untuk maksimalkan program ini” ucap Bupati.
Di Mini Ranch sendiri sudah akan beberapa kali di lakukan Inseminasi Buatan (Kawin Silang) Antara Sapi Limousin dan Sapi Brahma, IB dengan yang lainya Sapi PO dan Bali. Selain itu. Di Mini Ranch memiliki tenaga ahli di bidang Arsitek Reproduksi Teknik (ATR).
Sapi Dari Aspek Sejarah dan Kultur
Setiap Daerah, memiliki kultur dan kekhususan tersendiri. Tak terkecuali dalam hal Peternakan. Aspek sejarah, budaya serta kebiasaan sangat berpengaruh dalam perilaku beternak di suatu daerah.
Di Buol sendiri, beberapa dekade lalu, beternak sapi adalah sebuah kemewahan yang hanya bisa di nikmati kelompok masyarakat kategori mapan.
“Berternak sapi beberapa Tahun lalu, hanya bisa di nikmati jika bukan karena warisan orang tua. Pasti hanya mereka yang berduit yang bisa memiliki sapi” tutur Bupati.
Akan tetapi, sejak Program One Man One Cow hadir, setiap masyarakat dapat memiliki sapi, tak peduli status ekonominya. Sapi menjadi kepemilikan sosial rakyat.
Peternakan Komunitas Vs Korporasi (Bisnis)
Ada dua pilihan dalam melahirkan program peternakan, pertama adalah berbasis komunitas dan kepemilikan sosial, kedua adalah berbasis bisnis atau kepemilikan korporat/pengusaha.
Program One Man One Cow adalah program yang bertujuan mengkolektifisasi kepemilikan sapi untuk rakyat. Setiap rakyat berhak memiliki sapi.
Sebab, dengan setiap rakyat memiliki sapi (kolektifisasi) menjadi kepemilikan sosial rakyat, maka ruang untuk pengusaha atau pebisnis di bidang peternakan dapat di antisipasi dan di minimalisir.
Sementara, Peternakan berbasis korporat dengan kepemilikan bisnis hanya di miliki oleh satu orang, kesejahteraan hanya di monopoli oleh pemilik modal dan rakyat kebanyakan hanya menjadi buruh.
“Jika hanya mengejar populasi dalam jumlah besar, bisa saja program ini kita serahkan oada investor. Tetapi, bukan itu tujuan kita, sekalipun butuh proses yang tidak cepat, rakyat harus mandiri dan berdaulat dengan memiliki sapi” lanjut Bupati.
Berdasarkan paparan di atas, kesejahteraan berbasis kepemilikan sapi komunitas rakyat membutuhkan proses, tidak semudah membalikan telapak tangan.
Karena yang paling substansi adalah merubah paradigma berpikir. Rakyat yang selama ini memahami peternakan skala tradisional, harus di ajarkan untuk mengembangbiakan sapi ala modern dan melek tekhnologi.
Tetapi, dengan hadirnya miniranch akan menjembatani kesenjangan paradigma pengetahuan tersebut.
Mini Rach sesuai sesuai fungsinya akan menjadi sekolah lapangan, tempat ini akan menjadi laboratorium ilmu beternak dari para pelaku kompeten di bidang peternakan.
Sistem Integrasi Sapi dan Perkebunan Sawit
Salah satu inovasi penting dari program One Man One Cow adalah Sistem integrasi sapi dan Perkebunan Sawit (SISKA).
Sapi yang di kembangbiakan dengan cara ini sebagaian besar ada di beberapa Desa yakni Desa Jatimulya, Desa Yugut dan Babal.
Salah satu kelebihan model pembiakan seperti ini adalah, sapinya bobitnya gemuk dan ratusan ekor dapat di urus oleh 1 atau 2 orang tenaga kerja saja.
Sapi-sapi yang ada di Program SISKA ini bersumber dari APBD, sebagian sapi yang di bagikan kepada masyarakat (semula di MiniRanch), ada pula sapi ASN yang di kelolah dengan model seperti ini. Termasuk Sapi Bantuan Sosial dari pemerintah.
Dalam kesempatan ini. Bupati Buol hadir memberikan beberapa pokok pikiran dan motivasi kepada Siswa SMK 1 Tiloan yang sedang Magang belajar atau PSG di Mini Ranch.
Bupati Buol berharap, kedepan generasi ini tidak menghindari aktifitas peternakan dan budidaya rumput pakan ternak.
“Pangan dan Daging adalah hidup matinya rakyat, adik-adik yang sedang menuntut ilmu d bidang peternakan ini, harus betul-betul belajar dari mini Ranch ini. Di Pundak kalian kedepan Program One Man One Cow berserta turunan dan hasilnya akan di gantungkan” ucap Bupati lagi.
Di akhir kegiatan, di lakukan foto bersama, dan pengambilan video yel-yel, serta di lengkapi dengan drone yang berputar mengelilingi areal mini ranc serta mengambil sesi video saat brombongan berada di tengah-tengah rumput HMT.
[tim]