Sigi, Suarautara.com – Harga beras di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah kembali mengalami kenaikan tajam, menambah beban masyarakat yang sebelumnya sudah terhimpit oleh lonjakan harga kebutuhan pokok lainnya. Saat ini, harga beras melonjak dari Rp16.000 menjadi Rp18.000 per kilogram, menimbulkan kekhawatiran di kalangan keluarga berpenghasilan rendah.
Kondisi ini dirasakan langsung oleh warga Desa Rarampadende, Kecamatan Dolo Barat. Salah satunya, Sri Weni, mengungkapkan keresahannya dengan suara getir.
“Ikan mahal? Gak apa, masih bisa diganti tempe. Telur naik? Yaudah, tahu pun jadi. Tapi kalau sudah nyentuh ke beras… itu bukan bahan makanan biasa, itu sumber kekuatan!” ujar Sri Weni.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Meski ada imbauan untuk mengganti sumber karbohidrat dengan jagung, ubi, atau singkong, hal itu dianggap tak realistis bagi sebagian besar warga. “Kami dari kecil sudah makan nasi. Masa tiba-tiba disuruh ganti karbo kayak ganti saluran tipi?” keluhnya.
Kenaikan harga ini terjadi tanpa diiringi peningkatan pendapatan masyarakat. Sementara itu, harga komoditas lain seperti minyak goreng, telur, dan sayur-mayur juga terus merangkak naik.
“Dulu seratus ribu bisa buat belanja seminggu. Sekarang? Pulang dari warung cuma bawa kantong keresek setengah isi,” sambungnya.
Tekanan ekonomi yang terjadi saat ini membuat warga tak lagi memikirkan variasi menu harian, melainkan sekadar bertahan hidup. “Kami bukan makan nasi lagi… tapi makan sabar sama tahan napas,” ucap Sri Weni menutup curhatannya.
Warga berharaop dengan kondisi ini, butuh kehadiran pemerintah daerah untuk bersama-sama masyarakat mencari solusi atau jalan keluar, sehingga himpitan ekonomi yang dihadapi masyarakat mampu diatasi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah daerah mengenai langkah konkret untuk menstabilkan harga beras. Masyarakat berharap agar kebijakan segera diambil guna menjaga daya beli dan ketahanan ekonomi rumah tangga di daerah pelosok seperti Sigi.**















