Cerita Tukang Service Jam di Pasar Buol, 41 Tahun Bertahan di Tiap Detik Himpitan Ekonomi
SUARAUTARA.COM, Buol – Pak Raden (71) tak lagi muda, di usianya yang semakin senja dia masih memaksakan mata nya melihat detail kerusakan jam tangan yang akan diperbaiki.
Namun apa boleh buat, dari jasa servis jam tangan itulah pak Raden mendapatkan penghasilan untuk biaya hidup keluarganya.
Ya, pria asal Gorontalo ini merupakan seorang tukang service jam yang membuka lapak di eks pasar Buol tepatnya di depan took Pelangi, Kota Buol.
Sesepuh di dunia tukang service jam tangan ini sudah beroperasi sejak Tahun 1982 hingga saat ini masih mnggeluti profesi mulia ini.
“Dari dulu keahlian saya ya tukang service jam tangan, kelihatan sedikit gampang, akan tetapi memerlukan keahlian khusus,” terangnya kepada awak media, Senin (16/10).
Setiap hari, Raden membuka lapaknya mulai dari pukul 09.00 pagi hingga pukul 13.00 WITA siang. Namun, semenjak pandemi Covid-19 melanda Indonesia khususnya di Kabupaten Buol, Raden mengaku pendapatannya mulai anjlok.
Tak jarang, Dia hanya menyervis 2 unit jam tangan perhari. Bahkan kadang tidak sama sekali.
“Biarpun sepi saya syukuri saja karna keahlian saya cuma tukang servis jam,” ucapnya.
Pak Raden adalah sosok orang tua yang bisa menjadi inspirasi bagi kita semua generasi muda saat ini untuk tidak bermalas-malasan berusaha dab bekerja dengan alasan tidak ada lapangan kerja yang tersedia.
Bukan waktu singkat, 24 tahun lamanya sejak tahun 80an pak Raden menggeluti pekerjaan mulia ini. Bahkan dari penuturannya, selain membeli batrey dan asesoris lainnya, sudah ratusan jam tangan yang rusak telah diperbaikinya dengan keahlian khusus yang dimiliki pak Raden.
Meski di usia senja seperti pak Raden ini, dirinya memberikan kita contoh upaya kerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah-tengah gejolak ekonomi saat ini dan ini perlu diapresiasi.
Apa yang bisa kita petik dari cerita ini?, yakni jangan pernah putus asa dalam berusaha dan bekerja, Karena setiap orang punya talenta dan kelebihan masing-masing yang diberikan sang pencipta.
***Martinus Palebangan